![]() |
Gambar diperoleh dari Tribun-Timur.com |
Aku ingat tiap pemandangan itu, meriahnya kembang api yang berhamburan di angkasa.
Aku ingat sebegitu pentingnya langkahku dalam menapaki jejakmu, tak letih dan belum juga lelah.
Harapan tak pernah ingin melihat akhir, hingga yang ku tahu adalah selalu mengawali mula denganmu. Karena aku tahu, cinta itu ada padamu.
Kata mereka, aku mungkin gila. Tak pernah bisa tanpa ada kabar darimu. Tapi entah kebetulan atau kenyataan, aku yang saat ini menemani langkahmu tak pernah ingin melepas jejak itu pergi walau sedetik.
Tahukah kau, itu mungkin karena terbiasa. Ya benar! Kebiasaan yang kau bentuk sejak mula aku diciptakan di dalam duniamu.
Aku bahkan iri dengan salah satu organ yang yang tanpanya kau mungkin takkan ku kenal, jantung yang berdetak selalu dibalik rusuk kirimu. Letaknya bisa saja ku gantikan jika suratan Tuhan teah mengikat kita seutuhnya.
Jadi apa benar kita berdua belum utuh? Ya! Kata mereka sih belum.
Nampaknya nyata ikatan Tuhan itu masih samar , tak masalah.
Mungkin mereka saja yang tak kasat mata, namun tidak dengan hatiku.
Jadi apakah hatiku buta? Buta karena cintamu?! Ya mungkin saja.
Aku bahkan sulit membedakanmu dan mimpiku, mengapa demikian?
Aku mungkin tak semudah itu meraihmu di dunia nyata, tapi kurangkaikan kisah kita di mimpiku yang terdalam. Ku simpan hingga terus menerus terulang menjadi lucid dreams.
Lucid dreams? Apa perlu kuterangkan mengenai hal itu? sepertinya google akan jauh lebih jeli dalam menjawab apa lucid dream itu dibanding diriku.
Yang ku tahu pasti, aku takut kehilanganmu. Sekalipun itu di dalam mimpi, aku tak akan mampu.
Percayalah, hanya Tuhan yang tahu maksud dan tujuan aku menuliskan ini padamu.
Ini rindu ku.
Bagaimana denganmu?
#BukuHarian
Comments
Post a Comment