Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Dekapanmu Seluas Semesta

Gambar diperoleh dari Instagram Begitu dingin awalnya. Sesekali mencuri waktu memandang dari kejauhan, bagaimana caranya? Iya. Benar. Bagaimana memelukmu dengan caraku. Masih terpikirkan hingga saat ini. Melewati banyak rintangan , merangkak jatuh , bangun bersimpuh , seperti menggenggam air. Nyatanya tak kan bisa, tapi semu nya dapat kurasa. Aku pernah mencobanya. Meraihmu yang sedang berlari. Mengejar yang telah melayang, meneriakkan nama yang kini samar dari pandangan. Benar. Masih belum bisa. Belum bisa menandingi caramu memelukku dari jarak ini. Saat ku tertunduk, merasakan semua hilang bersamamu. Kau masih sedingin lalu, dingin bagai ruang hampa di antariksa. Tapi. Tenanglah. Dekapanmu masih seluas semesta.

Sibuk

Gambar diperoleh dari Instagram Pernyataan yang rumit. " Aku sibuk ." Entah apa harus memaksakan ego yang ingin dimengerti ataukah mengikhlaskan sejenak agar dapat dimengerti? Nanti tiba waktunya kita berdua duduk memandang langit di senja yang sendu, mengulang kembali percakapan saat kata SIBUK menjadi sebuah alasan. Alasan untuk masa depan KITA. Kejam? Sungguh. Alasan ini mungkin terlihat samar di masa muda yang membara akan rindu, namun menjanjikan banyak hal untuk bertahan hidup. Sibukmu itu akan kuanggap sebagai pelarian saja, percayalah! Pelarian akan rindu yang tak terbatas atau menepis rindu yang tak berjarak.

Rindu

Tersenyum. Dengan pipi merona dan tatapan cinta, seketika mengisi waktu yang seakan terhenti saat jejak langkahnya menapaki ruang itu. Terpaku melihat sosok yang ditunggunya sekian lama, yang berjalan semakin dekat dengannya. " Dia pulang.. " katanya, mata itu pun tak dapat menahan tangis. Gambar diperoleh di Intisari Online Tika jarak yang selalu dibayangkan tercipta, dijabahnya tangan yang mendamba kelembutan. Di ciumnya sebagai rasa hormat yang telah lama Ia nantikan, lalu berjalan bersama dalam genggaman yang erat. Saat itu mampu mengukirkan betapa terhormatnya Ia sebagai Wanita yang menanti Lelakinya kembali, sungguh merindunya rasa hati ini. Untuk sebuah kata rindu, jarak bahkan waktu seakan mudah dilalui. Dimensi diantara kedunya seperti telah berada di gravitasi yang sama, dan tentu benar mereka masih di langit yang sama. Mereka bertahan hingga saat ini, masih disini dan terus menggenggam erat. Mereka buktikan sejauh ini yang terbaik adalah yang selalu bers...

Pergi

Pagi menyambut langkahku bersama sang Kekasih. Gambar diperoleh dari Instagram Saat semuanya masih menari dalam mimpi, Aku beranjak meninggalkan Istana yang telah menjadi tempat persembunyianku dari Dunia. Kutelusuri tiap lorong gelap yang berada dipersimpangan jalan, berharap menemukan alasan untuk kembali. Namun saat itu tiada yang mendengar beratnya langkah kakiku, bahkan Kekasih yang tepat disisi tak mampu membaca isyarat dari Mata yang menahan tangis dan Hati yang masih menanggung rindu. Teringat sebuah Buku dengan judul " Pada Sebuah Kata Pergi " dari Gentakiswara , jujur belum sempat kubaca Buku ini namun seperti sedang mengalaminya. Belum menjamah tiap lembarannya tapi seperti sedang melakoni tiap sajaknya. Belum menjumpai label harganya pun seakan Ku mampu menebak siapa saja yang mampu menghadapi kenyataan akan sebuah akhir tanpa memandang nilai dari sebuah Buku yang di anggap keramat bagi sebagian Kekasih diluar sana. Di ujung jalan, tiba sa...

Diam

Diamnya membunuh. Andai sebuah belati mampu membelah langit, Aku akui Dia mampu menjadi salah satunya. Tak perlu terlihat tajam, meruncing pun sudi menarik hati yang mati. Gambar diperoleh dari Instagram Teruntukmu Cinta.  Jiwa yang menggenggam erat kebencian. Sudikah Kau membagi bisu itu? Bisu yang artinya bisa selangit, seluas samudera yang bahkan tak mendiami  Bumi Bhinneka. Yang katanya lebih berarti dari sebuah ucapan Sumpah, hierarki yang melekat di sendunya senja. Kapankah masa itu tiba? Bersama memecah sunyinya waktu yang dilalui dua kepingan Hati, dimana nyatanya sedang memendam kerinduan di antara ratusan kilometer Kota itu. Tahukah Kau rindu itu? Menunggu tiap detik jengkal jari, hingga menghitung satuan jarak saat tubuhmu dapat kuraih dalam peluk. Adalah kegelisahan yang melanda kala ku terjaga dan menyadari ragamu jauh, tak sedekat jemari menjamah smartphone dan menuliskan kata " Aku mencintaimu.. ". Tidak! Tidak semudah itu. Akib...

Luka Mati

Kau pernah mengatakan, " .. lupakanlah semua yang telah berlalu, temani aku untuk menghadapi apa yang ada di depan kita.. ". Permintaan itu sungguh ajaib, hingga mampu membuatku mati rasa akan waktu. Gambar diperoleh dari Remah-remah Roti Kuceritakan. Kata Zainuddin kepada Hayati, " .. begitulah perempuan, mengingat kesalahan orang walaupun kecil tapi tak mampu menyadari kesalahannya padahal begitu besar.. ". Ada yang masih menginggat sepenggal kalimat itu? Akulah perempuan itu. " Apa kabar Hati yang mendiami samudera cinta? ", sapaan dari orang yang menyimpan penyesalan di dada. Pertanyaan itu tak pernah ada jawabnya lagi Setelah apa yang terjadi di beberapa hari berganti minggu hingga bulan menepis tahun kala itu Tersirat luka yang hingga kini belum terjahit bekasnya Belum kering masanya Bahkan bisunya Hati seakan membunuh sebuah titik pengharapanku Dimana pada Hati itu juga Kau bertimpuh Dapatkah Kita bertukar tempat? B...