Skip to main content

Pergi

Pagi menyambut langkahku bersama sang Kekasih.

Gambar diperoleh dari Instagram

Saat semuanya masih menari dalam mimpi, Aku beranjak meninggalkan Istana yang telah menjadi tempat persembunyianku dari Dunia.
Kutelusuri tiap lorong gelap yang berada dipersimpangan jalan, berharap menemukan alasan untuk kembali. Namun saat itu tiada yang mendengar beratnya langkah kakiku, bahkan Kekasih yang tepat disisi tak mampu membaca isyarat dari Mata yang menahan tangis dan Hati yang masih menanggung rindu.

Teringat sebuah Buku dengan judul "Pada Sebuah Kata Pergi" dari Gentakiswara, jujur belum sempat kubaca Buku ini namun seperti sedang mengalaminya. Belum menjamah tiap lembarannya tapi seperti sedang melakoni tiap sajaknya. Belum menjumpai label harganya pun seakan Ku mampu menebak siapa saja yang mampu menghadapi kenyataan akan sebuah akhir tanpa memandang nilai dari sebuah Buku yang di anggap keramat bagi sebagian Kekasih diluar sana.

Di ujung jalan, tiba saatnya ku memeluk tubuh yang padanya ada Diriku.
Sembari berbalik dan melangkah pergi, kubisikkan kata rindu yang takkan Kekasih dengar bahkan tika Dunia tertidur.
Lanjutkan cita-citamu!
Kali ini aku ingin mengatakan yang sejujurnya.

Ada baiknya Aku Kau tinggalkan dibanding Aku meninggalkanmu, karena Aku tahu betul arti Pada Sebuah Kata Pergi.


Comments

Popular posts from this blog

Rindu

Tersenyum. Dengan pipi merona dan tatapan cinta, seketika mengisi waktu yang seakan terhenti saat jejak langkahnya menapaki ruang itu. Terpaku melihat sosok yang ditunggunya sekian lama, yang berjalan semakin dekat dengannya. " Dia pulang.. " katanya, mata itu pun tak dapat menahan tangis. Gambar diperoleh di Intisari Online Tika jarak yang selalu dibayangkan tercipta, dijabahnya tangan yang mendamba kelembutan. Di ciumnya sebagai rasa hormat yang telah lama Ia nantikan, lalu berjalan bersama dalam genggaman yang erat. Saat itu mampu mengukirkan betapa terhormatnya Ia sebagai Wanita yang menanti Lelakinya kembali, sungguh merindunya rasa hati ini. Untuk sebuah kata rindu, jarak bahkan waktu seakan mudah dilalui. Dimensi diantara kedunya seperti telah berada di gravitasi yang sama, dan tentu benar mereka masih di langit yang sama. Mereka bertahan hingga saat ini, masih disini dan terus menggenggam erat. Mereka buktikan sejauh ini yang terbaik adalah yang selalu bers...

Dekapanmu Seluas Semesta

Gambar diperoleh dari Instagram Begitu dingin awalnya. Sesekali mencuri waktu memandang dari kejauhan, bagaimana caranya? Iya. Benar. Bagaimana memelukmu dengan caraku. Masih terpikirkan hingga saat ini. Melewati banyak rintangan , merangkak jatuh , bangun bersimpuh , seperti menggenggam air. Nyatanya tak kan bisa, tapi semu nya dapat kurasa. Aku pernah mencobanya. Meraihmu yang sedang berlari. Mengejar yang telah melayang, meneriakkan nama yang kini samar dari pandangan. Benar. Masih belum bisa. Belum bisa menandingi caramu memelukku dari jarak ini. Saat ku tertunduk, merasakan semua hilang bersamamu. Kau masih sedingin lalu, dingin bagai ruang hampa di antariksa. Tapi. Tenanglah. Dekapanmu masih seluas semesta.

Wanitaku

image by   muslimvillage.com Aku adalah saksi bisu.  Dari susunan kata yang menjadi pesan, hingga lambaian yang takkan terulang. Cerita ini tentang seorang Wanita, yang tersisa darinya kini hanya kenangan. Wanita ini adalah seorang sahabat yang menerima keberadaanku sebagai manusia, dan setia membelaku di hadapan mereka yang mencaci. Dia ciptaan terkuat kedua yang Tuhan hadirkan untukku namun kini Dia telah berpulang.. Namanya dipanggil dan dibisikkan dari langit, hingga terdengar dan tiada di senja itu. Biar ku deskripsikan sedikit, tentang Wanita yang lembut dan perkasa itu di sisa hidupnya. Dia seorang Ibu dari tiga anak yang hebat, seorang istri yang luar biasa untuk pasangan yang selalu berada disisinya. Dia mendidikku sedari kecil dulu, membangun pribadi yang baik padaku tanpa kekerasan sedikitpun.  Bagi Dia, kekerasan adalah sebuah bentuk tipu daya dari kelemahan.  Maka dari itu, Dia selalu menasehatiku seperti ini.. "Untuk menjadi orang tua yang hebat, bukanl...