Pagi menyambut langkahku bersama sang Kekasih.
![]() |
Gambar diperoleh dari Instagram |
Saat semuanya masih menari dalam mimpi, Aku beranjak meninggalkan Istana yang telah menjadi tempat persembunyianku dari Dunia.
Kutelusuri tiap lorong gelap yang berada dipersimpangan jalan, berharap menemukan alasan untuk kembali. Namun saat itu tiada yang mendengar beratnya langkah kakiku, bahkan Kekasih yang tepat disisi tak mampu membaca isyarat dari Mata yang menahan tangis dan Hati yang masih menanggung rindu.
Teringat sebuah Buku dengan judul "Pada Sebuah Kata Pergi" dari Gentakiswara, jujur belum sempat kubaca Buku ini namun seperti sedang mengalaminya. Belum menjamah tiap lembarannya tapi seperti sedang melakoni tiap sajaknya. Belum menjumpai label harganya pun seakan Ku mampu menebak siapa saja yang mampu menghadapi kenyataan akan sebuah akhir tanpa memandang nilai dari sebuah Buku yang di anggap keramat bagi sebagian Kekasih diluar sana.
Di ujung jalan, tiba saatnya ku memeluk tubuh yang padanya ada Diriku.
Sembari berbalik dan melangkah pergi, kubisikkan kata rindu yang takkan Kekasih dengar bahkan tika Dunia tertidur.
Lanjutkan cita-citamu!
Kali ini aku ingin mengatakan yang sejujurnya.
Ada baiknya Aku Kau tinggalkan dibanding Aku meninggalkanmu, karena Aku tahu betul arti Pada Sebuah Kata Pergi.
Comments
Post a Comment