Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2019

Pergi

Pagi menyambut langkahku bersama sang Kekasih. Gambar diperoleh dari Instagram Saat semuanya masih menari dalam mimpi, Aku beranjak meninggalkan Istana yang telah menjadi tempat persembunyianku dari Dunia. Kutelusuri tiap lorong gelap yang berada dipersimpangan jalan, berharap menemukan alasan untuk kembali. Namun saat itu tiada yang mendengar beratnya langkah kakiku, bahkan Kekasih yang tepat disisi tak mampu membaca isyarat dari Mata yang menahan tangis dan Hati yang masih menanggung rindu. Teringat sebuah Buku dengan judul " Pada Sebuah Kata Pergi " dari Gentakiswara , jujur belum sempat kubaca Buku ini namun seperti sedang mengalaminya. Belum menjamah tiap lembarannya tapi seperti sedang melakoni tiap sajaknya. Belum menjumpai label harganya pun seakan Ku mampu menebak siapa saja yang mampu menghadapi kenyataan akan sebuah akhir tanpa memandang nilai dari sebuah Buku yang di anggap keramat bagi sebagian Kekasih diluar sana. Di ujung jalan, tiba sa...

Diam

Diamnya membunuh. Andai sebuah belati mampu membelah langit, Aku akui Dia mampu menjadi salah satunya. Tak perlu terlihat tajam, meruncing pun sudi menarik hati yang mati. Gambar diperoleh dari Instagram Teruntukmu Cinta.  Jiwa yang menggenggam erat kebencian. Sudikah Kau membagi bisu itu? Bisu yang artinya bisa selangit, seluas samudera yang bahkan tak mendiami  Bumi Bhinneka. Yang katanya lebih berarti dari sebuah ucapan Sumpah, hierarki yang melekat di sendunya senja. Kapankah masa itu tiba? Bersama memecah sunyinya waktu yang dilalui dua kepingan Hati, dimana nyatanya sedang memendam kerinduan di antara ratusan kilometer Kota itu. Tahukah Kau rindu itu? Menunggu tiap detik jengkal jari, hingga menghitung satuan jarak saat tubuhmu dapat kuraih dalam peluk. Adalah kegelisahan yang melanda kala ku terjaga dan menyadari ragamu jauh, tak sedekat jemari menjamah smartphone dan menuliskan kata " Aku mencintaimu.. ". Tidak! Tidak semudah itu. Akib...

Luka Mati

Kau pernah mengatakan, " .. lupakanlah semua yang telah berlalu, temani aku untuk menghadapi apa yang ada di depan kita.. ". Permintaan itu sungguh ajaib, hingga mampu membuatku mati rasa akan waktu. Gambar diperoleh dari Remah-remah Roti Kuceritakan. Kata Zainuddin kepada Hayati, " .. begitulah perempuan, mengingat kesalahan orang walaupun kecil tapi tak mampu menyadari kesalahannya padahal begitu besar.. ". Ada yang masih menginggat sepenggal kalimat itu? Akulah perempuan itu. " Apa kabar Hati yang mendiami samudera cinta? ", sapaan dari orang yang menyimpan penyesalan di dada. Pertanyaan itu tak pernah ada jawabnya lagi Setelah apa yang terjadi di beberapa hari berganti minggu hingga bulan menepis tahun kala itu Tersirat luka yang hingga kini belum terjahit bekasnya Belum kering masanya Bahkan bisunya Hati seakan membunuh sebuah titik pengharapanku Dimana pada Hati itu juga Kau bertimpuh Dapatkah Kita bertukar tempat? B...